1. Wayang Golek
Wayang
Golek adalah salah satu bentuk seni pertunjukan yang tumbuh dan
berkembang di daerah Jawa Barat. Daerah penyebarannya terbentang luas
dari Cirebon di sebelah timur sampai wilayah Banten di sebelah barat,
bahkan di daerah Jawa Tengah yang berbatasan dengan Jawa Barat sering
pula dipertunjukkan pergelaran Wayang Golek.
Yang dimaksud dengan wayang golek purwa dalam tulisan ini adalah pertunjukan boneka (golek)
wayang yang cerita pokoknya bersumber pada cerita Mahabharata dan
Ramayana. Istilah purwa mengacu pada pakem pedalangan gaya Jawa Barat
dan juga Surakarta yang bersumber pada Serat Pustaka Raja Purwa karya R Ng. Ranggowarsito.
2. Kendang Pencak
Gendang penca atau kendang penca satu seni yang tidak terlepas dari seni
pencak silat. kendang pencak yang keberadaannya makin tersisihkan
bahkan bisa di bilang barang langka terlebih buat anak-anak muda
sekarang padahal kendang pencak warisan tak ternilai dari para
karuhun/leluhur sunda yang merupakan satu kesenian yang harus di jaga
dan di lestarikan.
Di Jawa Barat, di samping
dikenal dengan aspek beladirinya, yang lebih dikenal dengan sebutan buah atau
eusi, dikenal pula aspek pencak silat seni yang disebut kembang atau ibing
pencak silat, sehingga apabila mendengar kata
“pencak” yang terbayang oleh masyarakat Jawa Barat bukanlah suatu sistem
pembelaan diri, melainkan suatu seni ibing pencak silat yang diambil dari gerak serangan dan belaan.
3. Rampak Kendang
Rampak Gendang merupakan salah satu kesenian tradisional yang berasal
dari Jawa Barat. "Rampak" berasal dari bahasa sunda yang bermakna
serempak atau secara bersama-sama, jadi rampak gendang bisa diartikan
sebagai suatu pertunjukkan gendang yang dimainkan secara bersama-sama.
Oleh karena itu, pertunjukkan Rampak Gendang selalu dimainkan oleh dua
orang atau lebih.
Gendang atau kendang merupakan alat musik utama dari pertunjukkan Rampak Gendang. Alat musik ini juga merupakan instrumen dalam gamelan jawa, yang berfungsi sebagai pengatur irama. Alat musik lainnya dalam pertunjukkan Rampak Gendang adalah rebab, gitar, dan alat gamelan yang lain. Semua alat musik itu kemudian dipadukan membentuk suatu irama yang energik dan bersemangat.
Belakangan pertunjukkan Rampak Gendang sering dikolaborasikan dengan kesenian yang lain, seperti tari Jaipong atau dijadikan sebagai pengiring lagu pop. Namun, belakangan ini Rampak Gendang bahkan dipadukan dengan gamelan Jawa, sehingga menghasilkan sebuah pertunjukkan Rampak Gendang yang berbeda dari biasanya.
Perkembangan kesenian Rampak Gendang tidak hanya sampai disitu, saat ini orang-orang dari luar negeri berdatangan ke Indonesia untuk mempelajari kesenian tersebut. Bahkan salah satu universitas di Amerika membuka mata kuliah kesenian Indonesia, dengan dosen dari Indonesia, yang salah satunya mempelajari tentang kesenian Rampak Gendang.
Kesenian Rampak Gendang merupakan representasi dari kebersahajaan masyarakat Sunda. Di dalam kesenian tersebut kaya akan nilai-nilai filosofis, mencerminkan masyarakat Sunda yang guyub dan harmonis berlandaskan sifat-sifat kegotong-royongan dan keceriaan. Satu lagi kekayaan nusantara bernilai dunia yang harus kita jaga dan lestarikan. Rampak Gendang, dari Indonesia untuk dunia.
Gendang atau kendang merupakan alat musik utama dari pertunjukkan Rampak Gendang. Alat musik ini juga merupakan instrumen dalam gamelan jawa, yang berfungsi sebagai pengatur irama. Alat musik lainnya dalam pertunjukkan Rampak Gendang adalah rebab, gitar, dan alat gamelan yang lain. Semua alat musik itu kemudian dipadukan membentuk suatu irama yang energik dan bersemangat.
Belakangan pertunjukkan Rampak Gendang sering dikolaborasikan dengan kesenian yang lain, seperti tari Jaipong atau dijadikan sebagai pengiring lagu pop. Namun, belakangan ini Rampak Gendang bahkan dipadukan dengan gamelan Jawa, sehingga menghasilkan sebuah pertunjukkan Rampak Gendang yang berbeda dari biasanya.
Perkembangan kesenian Rampak Gendang tidak hanya sampai disitu, saat ini orang-orang dari luar negeri berdatangan ke Indonesia untuk mempelajari kesenian tersebut. Bahkan salah satu universitas di Amerika membuka mata kuliah kesenian Indonesia, dengan dosen dari Indonesia, yang salah satunya mempelajari tentang kesenian Rampak Gendang.
Kesenian Rampak Gendang merupakan representasi dari kebersahajaan masyarakat Sunda. Di dalam kesenian tersebut kaya akan nilai-nilai filosofis, mencerminkan masyarakat Sunda yang guyub dan harmonis berlandaskan sifat-sifat kegotong-royongan dan keceriaan. Satu lagi kekayaan nusantara bernilai dunia yang harus kita jaga dan lestarikan. Rampak Gendang, dari Indonesia untuk dunia.
4. Surak Ibra
Surak Ibra, pada awalnya dikenal masyarakat Garut sebagai seni Boyongan atau Boboyongan yang menampilkan tokoh masyarakat yang bernama Pa Ibra (seorang pendekar silat
yang memiliki kharisma di Garut). Akhirnya, Boboyongan tersebut oleh
masyarakat dikenal sebagai Surak Ibra, konon sebagai penghormatan kepada
Bapak Ibra.
Pertunjukan Surak Ibra melibatkan sejumlah orang, terutama laki-laki.
Pertunjukan dimulai dengan sejumlah pemuda membawa obor yang menyala
lalu mengambil formasi berbanjar. Mereka menari gerakan-gerakan silat.
Disusul oleh rombongan penari Surak Ibra (biasanya jumlahnya sekitar
30-60 orang) yang memakai kostum pesilat (hanya tidak menggunakan warna
hitam lagi, tetapi warna kuning dan merah) bergerak dengan penuh
semangat, menampilkan gerakan-gerakan pencak silat. Terdapat yang
bertindak sebagai pengatur (pemberi komando), atas komandonya musik
pengiring ditabuh serempak (biasanya lagu Golempang) bersambung dengan
sorak-sorai yang meriah (bhs. Sunda eak-eakan),
antara musik dan sorak menciptakan suasana yang meriah dan dinamis.
Setelah itu mereka melakukan formasi-formasi tertentu dengan
gerakan-gerakan pencak silat. Pada saat mereka membuat formasi
lingkaran, salah seorang dari mereka bertindak sebagai tokoh yang akan
diboyong (diangkat-angkat), ketika lingkaran semakin menyempit tokoh
tadi diangkat oleh sebagian penari Surak Ibra, ia pasrah diangkat naik
turun, diikuti musik dan sorak sorai yang semakin meriah. Ia di atas
tangan-tangan penari Surak Ibra menari-nari dan berpindah-pindah dari
tangan ke tangan yang lain, kadang tinggi sekali melambung ke atas,
sorak sorai pun semakin ramai. Biasanya setelah atraksi Surak Ibra yang
memukau itu, kembali ke formasi semula sebagai sebuah Helaran.
5. Gondang
Gondang adalah lagu pada tutunggulan, ada mulanya gondang merupakan bagian dari upacara untuk menghormati Dewi Padi, Nyi Pohaci SANGHYANG SRI, waktu menumbuk padi untuk pertama kalinya, biasa disebut meuseul Nyai Sri, setelah panen usai. Yang melakukan gondang yaitu wanita yang dianggap suci atau sudah tidak menstruasi (menopause). Itu dulu waktu di Jaman Prabu Siliwangi[1].
Perkembangan selanjutnya gondang menjadi nama salah satu seni
pertunjukan yang menggambarkan muda-mudi di pedesaan menjalin cinta
kasih, dengan gerak dan lagu yang romantis penuh canda. Sekelompok pemudi menumbuk padi dengan mempergunakan lesung, kemudian sekelompok pemuda datang, Terjadilah dialog yang akhirnya mereka pulang berpasang-pasangan.
6. Kuda Renggong
Kuda Renggong merupakan
kesenian pertunjukan rakyat yang berasal dari desa Cikurubuk, Kecamatan
Buah Dua, Kabupaten Sumedang. Kata Renggong dalam kesenian ini
merupakan metatesis dari kata ronggeng yaitu kamonesan (keterampilan)
cara berjalan kuda yang dilatih untuk seakan-akan menari mengikuti
irama musik, jadi jika mendengar musik baik dari tabuhan kendang dan
lainnya Kuda Renggong ini akan jalan berjingkrak-jingkrak seolah sedang
menari.
Kesenian Kuda Renggong ini sendiri biasanya diadakan untuk syukuran anak yang telah dikhitan atau disunat, atau istilahnya dikariakeun.
Anak tersebut akan diarak keliling kampung menyusuri jalan raya menaiki
Kuda Renggong dengan diiringi musik dan rombongannya, dan kebanyakan
dari mereka ikut menari mengikuti irama musik. Biasanya penduduk yang
rumahnya kebetulan dilewati oleh rombongan Kuda Renggong ini akan
berbondong-bondong keluar untuk menonton. Dalam sebuah rombongan
arak-arakan Kuda Renggong sendiri bervariasi jumlah Kuda Renggongnya,
mulai dari 2, 4, atau sampai 8 ekor bahkan lebih, tergantung dari si
empunya hajat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar